Seandainya kau tahu gimana senangnya aku diajak sholat berjamah yang diimani suami sendiri. Ini yang aku nanti-nanti sejak ijab qabul itu, tapi kau baru mewujudkannya setelah pernikahan kita berumur 3 bulan. Seandainya kau tahu gimana sedihnya hatiku melihat suami istri shalat berjamahan, sedangkan suami ku setiap diajak berjamaah selalu bilang shalat aja duluan. Seandainya kau tahu gimana rasanya melihat suami mengaji dipangkuan istri, sedangkan suamiku lebih banyak meninggalkan aku seorang diri dirumah. Seandainya kau tau gimana senangnya dan ademnya hati ku ketika mendengar mu mengaji tapi itu jarang bangat kau lakukan selama pernikahan kita. Seandainya kau tahu aku ingin merasakan dibangunin suami untuk shalat ketika aku terlelap dalam tidur ku walaupun lebih sering aku yang membangunkanmu untuk shalat bahkan tepisan tangan dan bentakan yang aku terima. Seandainya kau tau ketika kita sedang berpergian jauh atau ke mall aku ingin kau menghentikan kendaraan dan mengajak ku ketika waktu shalat tiba tapi ini tidak kau terkadang lupa dan bilang nanti aja bahkan kadang aku harus ngambek dan keras dulu kepadamu baru kau lakukan itu. Tapi apa pun yang sudah kau lakukan aku selalu bersyukur setidaknya kau pernah mengajak ku shalat berjamaah walaupun itu tergantung mood kamu, setidaknya kau selalu menyuruhku ngaji walaupun kau sendiri tidak mengaji, kau selalu menyuruhku shalat duluan padahal terkadang kau tidak shalat. Seandainya kau tau gimana rasanya dicaci maki oleh mu setiap kali kau marah, pusing atau mumet yang disebabkan oleh ulahku, bukan ulahku atau pekerjaanmu di RS. Tidak bisakah kau lemah lembut kepadaku dan terbuka atas masalahmu biar bebanmu sedikit berkurang, Aku tau kau lelah, aku tau kau pusing tapi kau lupa aku ini istrimu bukan boneka yang bias kau caci maki sesukamu. Kadang aku memang nakal hingga membuatmu kesel tapi percayalah aku hanya ingin perhatian dari mu, aku merasa kau lebih perhatian sama entis temanmu itu. Tak bisakah kau meneleponku dijam kerja mu sedangkan kau bisa menelepon entis dijam kerjamu hanya sekedar menanyakan “lagi dimana entis”, siapakah yang kau nikahi aku apa entis. Jujur aja kau hanya menelepon ku di jam kerjamu jika ada perlunya seperti “murada obat ini buat apa, murada aa pengen makan ini jadi masakin ini, murada ini murada itu” tak bisakah kau menelepon ku bertanya “lagi dimana, lagi apa, mau dibawain apa pulangnya”. Fiuhhhh hanya dibulan pertama pernikahan kita kau menelepon ku hanya bilang “kangen murada” selebihnya ga ada kau lebih asyik dan perhatian dengan entis dengan dunia pancingmu.
Seandainya kau tau hancurnya hatiku ketika kau bilang “Ga ikhlas dunia akhirat cincin nikah hilang”, ga bisakah kau lebih bijaksana layaknya suami kepada istri yang baru kehilangan cincin nikah. Kau lupa kah kalau istri mu sedang umrah, kau lupakah cicin itu hilang dimasjidil haram yang notebane adalah rumah allah, kau lupakah kalau cincin itu longgar karena cincin itu dibeli bukan bersamaku, kau lupakah kalau aku tidak suka memakai perhiasan, kau lupakah kalau kau yang meminta aku memakai cincin itu walaupun longgar. Pernahkah kau berpikir sebelum bilang begitu bahwa keselamatan istrimu disana jauh lebih penting dibandingkan cincin itu?pernahkan kau menelepon ku atau sms ku menanyakan keadaan istri dan mertuamu disana?Sekalipun kau tidak lakukan itu tapi malah bilang begitu. Seandainya kau mau merenungkan bahwa cincin itu hilang karena sejak awal ibu mu tidak ingin kau menikah dulu karena ibu mu masih ingin menikmati hasil jerih payahmu bekerja.Seandaikan kau tau gelang yang kau berikan sebagai mas kawin adalah gelang bekas punya ibumu sedangkan uang yang kau beri dibelikan perhiasan baru untuk ibu mu pakai. Kau tau bagaimana perasaanku ketika ibumu bilang begitu??? Aku hanya bias diam dan mengeluh kepada Allah, aku ga bisa apa apa. Aku ikhlas diperlakukan begitu sama ibu mu karena toh yang aku inginkan sebagai mas kawinku hanya mukena dan alquran berwarna biru. Semuanya terbuktikan ketika dapat kabar bapak anca sakit, aku berikan sisa perhiasan mas kawin itu sebagai ongkos kau kekalimantan. Tapi kau bilang sampai kapanpun mas kawin ini apa pun yang terjadi ga boleh dijual, aq tak tahu apakah itu pernyataan tulusmu atau karena ego mu yang begitu membenci bapak anca, bapak kandungmu sendiri. Aku hanya memintamu untuk mengikhlaskan cincin itu supaya allah menggantinya yang lebih baik tapi kau malah tidak menerimanya. Apakah kau lupa kalau ini adalah ujian dari Allah “Barangsiapa yang ikhlas ketika kehilangan sesuatu, allah akan menggantinya yang lebih dari itu.Namun barang siapa yang tidak ikhlas maka celakalah kamu”. Aku hanya bisa minta maaf dan memberitahukan kepadamu ada hal yang ga bisa aku katakan dan waktu yang akan menjawab semuanya.
Apakah kau tau apa yang tidak bisa aku katakan,,,yuppp ketidak ridhoan ibu mu melihat anaknya menikah dengan ku, ketidak ikhlasan ibu mu menerima aku sebagai menantunya, kecemburuan ibumu terhadap kasih sayang mu kepadaku, kebencian ibu atas hancurnya rumahtangganya sehingga tidak ingin melihat aku bahagia denganmu, ketakutan ibumu karena takut kau kukuasai, ketidaknerimaan ibumu melihat aku belum kerja lagi disana dan bukan PNS. Apakah kau tau gimana rasanya ketika ibu menceritakan novi (mantan tunanganmu) kepada ku?? Aku hanya bisa diam, menahan air mata ini jatuh didepanya. Istri mana yang tahan mendengarkan ibu mertua menceritakan wanita yang pernah dicintai suaminya apa lagi membandingkan kelebihan novi dengan kekuranganku. Dari cerita ibu mu asal kau tau ibumu tidak menyukai novi karena dia takut kau dikuasa novi, karena dia punya bpk yang sakit2tan, karena dia rumahnya digang kecil, karena dia begini karena dia begitu. Benang merah yang aku tangkap adalah “EKONOMI ATAU UANG”.
Aku ga tau apa yang harus dilakukan untuk bisa diterima dengan ikhlas dihati ibu mu, toh aku sendiri tidak pernah mendapat dukungan kamu. Masihkah kau ingat setiap kita dapat rezeki makan diluar, aku selalu bilang kenapa ga ajak ibu?kenapa ga dibungkus makanan ini buat ibu?selalu ibu mu yang aku pikirkan tapi kau selalu alasan ini alasan itu. Aku ga tau apa yang sebenarnya terjadi antara hubungan kamu dengan ibu mu. Setiap kali aku bertanya selalu ga pernah dijawab. Yang aku ingat ketika masih tinggal dirumahnya dia selalu mengintip kekamar kita, pernah suatu hari dia sengaja kekamar hanya berpura-pura mencari kucing padahal tidak ada kucing, kau tau apa yang ingin ibu lihat?? Dia hanya ingin melihat kau membawa apa untuk aku sebagai bukaan puasa sunahku. Sebelumnya sudah aku bilang kalau beli apa apa taruh aja didapur jangan taruh dikamar biar ibu tau dan dimakan bersama sama, tapi kau selalu bilang ini buatku bukan buat ibu. Kau tau kenapa aku bilang begitu karena setiap kali kau membelikan sesuatu untuk ku ibumu selalu bilang ini bilang itu. Apakah tau rasanya mau dipites sama ibu mu hanya karena aku mengizinkan kamu mancing??? Ibu mu tidak suka kamu mancing tapi aku mengizinkan kamu mancing asal kamu tau diri. Aku bisa memaklumi keinginan kamu yang sudah stres dengan pekerjaan RS tapi tidak untuk ibu mu. Posisiku dirumah ini serba salah, aku bingung dengan kalian berdua sedangkan aku disini jauh dari keluarga kandung ku, wilayah baru selama kehidupanku ini.
Semuanya hancur ditanggal 24/7/2015 apa yang selama ini aku pertahankan, aku sabari dari sikap kamu yang menyakitkan dan sikap ibumu yang selalu menyalahkan aku. Didalam tas hitam yang digantung dimusolah rumah kontrakan aku menemukan botol minyak bulu perindu, 2 buah gunting, gunting kuku, korek kuping, bungkusan yang dibungkus rapat. Bungkusan rapat itu berisi beras, batu dan jimat yang bertulisan sahadat ke mbah sakti dan ada nama aku dan orang tua aku. Kau tau gimana takutnya aku melihat barang2 itu??? Aku bingung apakah aku harus percaya dengan beginian apa aku bermimpi. Dengan tenangnya kau menjawab bahwa itu punyamu dan kalau melakukan itu karena sakit hati dengan orang tuaku, dengan enaknya ibu mu bilang kalau minyak itu belinya sama dia dan perbuatan ini bukan perbuatan musyrik. Kamu tau orang tua mana yang menerima kalau anaknya diperlakukan tidak baik oleh suaminya, orang tua mana yang menerima kalau anaknya dinikahin cuma kamu jadikan pembantu, orang tua mana yang ikhlas anaknya disakiti batinya sama kamu. Toh orang tua aku hanya menasehati kamu layaknya orangtua menasehati anaknya, tapi dasarnya kamu memang orang yang ga bisa menerima nasehat baik dari siapapun. Sudah berapa banyak orang yang kau jauhi setelah memberi nasehat baik kepadamu.
Kau tau bagaimana rasanya sakit hatiku atas sikap mu itu?kau tau bagaimana perihnya hatiku atas perbuatan mu ini??? Apakah kamu tau bagaimana hancurnya hatiku dimalam itu…Apakah kau tau bagaimana rasanya harus berpikir logis ketika hati hancur karena harus mengoreksi beberapa kali surat pernyataan talakmu agar kau tidak terjebak atas apa yang kau tulis. Rasa sakitnya melebihi rasa sakit ketika kau bilang hanya ½ sayang dan ½ tidak sayang kepadaku. Rasa sakitnya melebihi ketika kau bilang aku bodoh dan istri sebagai pembantu. Seandainya kamu berpikir, aku yang mengurus mu sejak resmi menjadi istrimu yang kadang aku sendiri tidak sempat mengurus diriku. Mulai kau bangun hingga kau tidur lagi, aku yang mencuci gosok baju mu dengan tanganku ini, aku yang menjahit baju-baju mu yang sobek sejak masih lajang hingga kau bisa memakai kembali bajumu, aku yang memasak dan membuat cemilan hingga kau bias makan sewaktu waktu perut mu lapar, hingga kau bias ngemil ditengah malam ketika aku tertidur lelap setelah seharian mengurus rumah, aku yang harus jadi “alarmmu” ketika kau mulai lupa, aku pula yang harus merawat wajahmu, mengoleskan cream dengan cream racikanku sendiri ketika jerawat muncul diwajahmu, aku pula yang kau mintai tolong untuk mengerjakanya ketika kerjaan RS mu menumpuk dan dibawa pulang, aku pula yang kau telepon ketika ada obat yang tidak kau ketahui, aku pula yang kau suruh cari ini cari itu ketika kau kesulitan dalam pekerjaanmu dan aku pula yang kau marahin ketika kau melakukan kesalahan dalam pemberian etiket obat dan dikatain “giant” oleh anak anakmu di RS. Aku sudah berusaha jadi teman, pendamping, patner, istri bahkan rekan sejawat mu baik di rumah tanggamu maupun dipekerjaanmu. Tapi semuanya ga ada artinya diriku bagimu, dengan mudahnya kau ucapkan kata “talak” itu kepadaku tanpa berpikir panjang dan tanpa ada niat untuk memperbaiki diri. Kau tahu, pamanmu sendiri yang berani menjamin atas nama Allah akan membimbingimu kejalan-Nya tapi kau sendiri tidak ada niat kearah sana malah memberikan “talak mati” untuk pernikahan ini.
Aku tidak mengerti jalan pikiranmu, aku tidak tahu isi hatimu yang sebenarnya. Saat ini yang aku tau, kalau aku adalah murada mu dan mantan istrimu. Ya aku adalah wanita yang pernah hadir dikehidupanmu, wanita yang kau sukai sejak pertama kali melihatku ketika kuliah apoteker, wanita yang begitu sulit kau dekati, wanita yang kau perjuangkan dihadapan ibumu sampai kau sendiri bilang tidak akan menikah kecuali denganku, wanita yang tulus mencintai dan menyayangimu, wanita yang tidak pernah minta apa apa dari mu terutama yang berkaitan dengan materi, wanita yang selalu berusaha tegar dan mandiri karena tidak ingin merepotkanmu. Aku adalah wanita yang pernah kau nikahin dan tulang rusukmu yang kau hancurkan.